Sapi Bali merupakan ternak potong andalan di Indonesia dan merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang harus dilestarikan agar tidak punah. Dibalik beragam kelebihan yang dimiliki sapi Bali ternyata sangat banyak hal yang mulai mengancam keberadaan populasi,kualitas genetik, kualitas dan kuantitas produksi selain kemurnian darah sapi bali. Pemerintah telah mengalokasikan kabupaten Barru dan kabupaten Bone di Sulawesi Selatan sebagai pusat pemurnian dan pembibitan sapi Bali Idonesia. Oleh karena itu kedua lokasi tersebut dijadikan lokasi penelitian ini, Namun ternyata kondisi populasi, kualitas genetik , kualitas dan kuantitas produksi selain kemurnian darah sapi bali di kkedua puasat sapi bali tersebut mulai menghawatirkan.
Pola manajemen pemeliharaan secara tradisional yang kurang menguntungkan sistem pencatatan dan monitoring kegiatan beternak ,tidak adanya sistem pencatatan populasi, produksi,kurangnya pengetahuan beternak dari opara peternak, minimnya tenaga petugas lapangan, kendala iklim yang berdampak pada ketersediaan pakan hijauan, maraknya penjualan pedet jatan atau pejantan berkualitas baik keluar dasio Sulawesi Selatan sebagai ternak potong yang menjadi penyebab banyaknya kasus “ inbreeding” dan seleksi negatif, maraknya pemotongan betina produktif hingga mulai menjamurnya perkawinan silang denga sapi Limousin atau Simmental adalah beberapa faktor yang ditemui di lokasi penelitian dan perlu diperbaiki dalam dunia peternakan sapi Bali bila ingin mewujudkan cita-cita yaitu menjadikan sapi Bali menjadi “tuan rumah” dinegeri sendiri.
Seleksi merupakan alternatif dalam meningkatkan mutu genetik sapi Bali. Penelitian ini menggunakan alat ultrasonografi sebagai alat bantu seleksi sapiBali. Penelitian terbagi menjadi tiga fase dimana pada penelitian tahun pertama bertujuan untuk mengumpulkan berbagai data berat badan, dimensi tubuh dan sifat karkas serta dikombinasikan dengan berbagai data silsilah, data manajemen, data reproduksi sebagai data awal menseleksi pedet yang dipersiapkan menjadi calon pejantan unggul. Tujuan penelitaan tahun ke kedua lebih difokuskan pada pedet jantan yang akan diseleksi untuk calon pejantan ungguldari masing-masing kabupaten. Selain itu untuk membantu kesulitan peternak maupun peneliti di lapanangan untuk menimbang berat badan ternak diharapkan ditemukan rumus-rumus penduga berat badan sapi Bali khusus pedet jantan menggunakan baik dimensi tubuh maupun sifat karkas yang memiliki tingkat ketepatan yang baik. Sedangkan penelitian tahun ke tiga melanjutkan tahapan kedua seleksi untuk pedet yang telah lolos seleksi tahap pertama dengan tetap mempersiapkan kemungkinan sdeleksi untuk pedet jantan lain yang baru terdata. Selain itu menuji persamaan penduga berat badan dengan berat badan sebenarnya untuk mendapatkan persamaan yang paling akurat dan optimal serta praktis untuk digunakan ditingkat peternak
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berat badan adalah timbangan elektronik, data dimensi tubuh diukur menggunakan jangka ukur,tongkat ukur dan meteran, data sifat karkas diukur menggunakan alat ultrasonografi. Lokasi pengukuran sifat karkas adalah diantara tulang rusuk ke –6 dan ke-7 dari sapi Bali.
Dimensi tubuh yang diukur adalah tinggi pundak,tinggi punggung, panjang badan, lebar dada, dalam dada, lingkar dada, lebar punggung, lebar kelangkang, lebar tulang tapis dan panjang kelangkang. Sifat karkas yang diukur adalah luas otot Musculus Longissimus Thoracis Area ( MLTA/cm2) ketebalan lemak subkutan /Subcutaneous Fat Thickness (SFT/mm), ketebalan lemak intermuscular/ Intermuscular Fat Thickness (IMFT/mm), ketebalan tulang rusuk/Rib Thickness (RT/mm) dan Marbiling Score (MS).
Ternak sapi Bali yang diteliti dikelompokan berdasarkan jenis kelamin dan umur (12 bulan, 18 bulan dan 24 bulan) Data dianalisis mengguakan program SPSS ver 10.0 for windows.
Hasil penelitian menujukkan :
1)Secara umum, kondisi dimensi tubuh dan sifat karkas pedet jantan di lokasi penelitian di kabupaten Bone lebih baik dibandingkan dengan pedet jantan di kabupaten Barru.
2) Berat badan pedet jantan sapi Bali dikedua lokasi penelitian dapat diduga dengan tingkat ketepatan yang cukup baik menggunakan dimensi tubuh namun didapatkan tingkat ketepatan yang rendah bila pendugaan menggunakan sifat karkas.
3) Penigkatan jumlah dimensi tubuh dapat mempertinggi tingkat ketepetan pendugaan berat badan pedet jantan sapi Bali.
4) Rumus penduga berat pedet jantan di Kab.Bone adalah:
a.Ỹ = -286,140 + 8,292 Dalam Dada ( R2 = 81,7%)
b.Ỹ= – 296,908 + 2,654 Panjang badan + 1,485 Lingkar Dada ( R2 = 85,0% )
c.Ỹ= – 310,419 + 1,833 panjang Badan + 3,542 dalam dada + 3,504 Lebar kelangkang ( R 2 = 86,7 %)
d. Ỹ= – 5,367 + 6,668 MLTA ( R 2 = 59,8% )
5) Rumus penduga berat badan pedet jantan di kab. Barru adalah:
a.Ỹ = – 118,464 + 1,969 lingkar Dada ( R 2 = 62,5% )
b.Ỹ= – 155,080 + 1,191 Tinggipundak + 1,320 Lingkar Dada ( R2 = 64,4% )
c.Ỹ= – 143,932 + 2,470 Tinggi pundak – 1,517 Tinggi punggung + 1,420
Lingkar dada ( R 2 = 65,2% )
d. Ỹ= 14,228 + 5,875 MLTA (R 2 = 55,0% )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar